Threesome

Cerita sex terbaru ini berawal dari keisenganku membuntuti mobil berisi dua cewek cakep yg baru keluar dari gedung perkantoran. Mereka pun tahu dan sempat terjadi kejar-kejaran, sampai akhirnya mereka kasih kode untuk mengikuti mobilnya dari belakang.
Sampailah akhirnya aku ke sebuah rumah mewah di perumahan elit. Setelah aku memasukkan mobil ke pekarangannya, aku memperhatikan mereka turun dari mobilnya, dan ternyata mereka bukan saja cakep, tapi juga sexy dengan pakaian kerja berblazer, rok mini dan sepatu tinggi.
Yg satu wajahnya lucu dan innosence, dan kuketahui kemudian namanya Sari. Sedangkan yg berwajah agak cuek dan sensual namanya Dina, gadis keturunan Jepang. Aku diajaknya masuk ke ruang tengah yg penuh dengan sofa dan berkarpet tebal itu.
“Kamu ngapain sih ngikutin kita?” tanya Dina membuka pembicaraan.
“Ngg.., iseng saja..” jawabku santai.
“Oh iseng.., kalau gitu sekarang gantian kita dong ngisengin kamu. Sekarang aku nggak mau tau, kamu berdiri dan buka pakaianmu..,” kata Dina lagi yg membuatku kaget setengah mati.
Tapi karena penasaran, kuikuti saja kemauannya dengan membuka satu persatu pakainku dan tinggal kusisakan celana dalam hitamku.
“Tunggu apalagi..? Ayo lepas semua! Nggak usah malu deh, nggak ada siapa-siapa lagi di sini,” katanya lagi waktu ku celingukan ke sekeliling ruangan.
Kutarik pelan-pelan ke bawah celana dalamku hingga aku menjadi bugil total. Kulihat mereka yg tenang duduk di sofa menatap ke arah k0ntolku yg masih belum bangun. Tiba-tiba Dina berdiri menghampiriku, dan menyuruhku berlutut di depannya. Aku mulai merasakan ada sensasi tersendiri dengan mengikuti perintahnya. Kelakianku mulai bangkit, apalagi dengan memandang kemulusan batang kaki belalang Dina yg berada persis di depanku.
“Baru liat kakiku aja udah tegang tuh burung.., apalagi suruh ngeraba. Ayoh coba elus-elus kakiku..!” perintah Dina lagi.
Aku segera menuruti perintahnya dengan meraba sepanjang kakinya yg putih mulus itu, dari mulai mata kakinya terus ke atas hingga ke paha di bawah rok mininya.
“Eh, alus juga nih maennya,” kata Dina lagi sambil menarik tanganku dari pahanya.
Tiba-tiba Dina bergerak mengambil dasiku, menarik kedua tanganku ke belakang, dan mengikatnya erat-erat. Dengan terus berlutut dan tangan terikat, aku menyadari bahwa aku sudah seperti tawanan perang, namun justru membuatku makin penasaran untuk mengikuti permainannya. Benar saja, Dina kembali berdiri di depanku dan memberi perintah lanjutan.
“Sekarang nggak ada lagi tangan.., pakai bibir dan lidahmu..!” kata Dina sambil menarik kepalaku lebih dekat lagi ke kakinya.
Langsung kutelusuri keindahan kakinya, mulai lagi dari atas sepatunya terus naik ke atas dengan bibirku. Kulitnya yg putih mulus dan berambut halus itu benar-benar merangsangku, apalagi masih terasa harum bekas cream pelembut walaupun sudah seharian di kantor. Kupagut-pagut betisnya yg indah, terus naik ke belakang lututnya yg sempat membuatnya menggeliat kegelian.
Desahannya pun mulai terdengar waktu bibirku sampai ke pahanya yg padat tapi lembut itu. Dina bikin kejutan lagi, kali ini sebelah kakinya dinaikkan ke atas meja pendek di sebelahnya. Otomatis rok mininya makin tersingkap hingga jelas kulihat celana dalamnya mengintip di hadapanku. Tangannya kembali menekan kepalaku ke arah pahanya dan ditahannya waktu bibirku mencapai paha bagian dalamnya, minta bibir dan lidahku mengusap dan menyapu kehalusan kulitnya.
Pinggulnya makin menggeliat waktu kepalaku makin masuk ke rok mininya, dan kukecup halus celana dalam bagian depan tepat di depan mekinya yg ternyata sudah basah itu.
“Tarik celana dalamku dengan gigimu, cepet..!” pintanya sambil menurunkan kakinya ke bawah lagi agar celana dalamnya dapat kutarik dengan mulus.
Begitu lepas, kali ini Dina makin bernafsu menaikkan kakinya lebih lebar lagi, dan kepalaku ditarik serta dibenamkannya di selangkangannya walaupun masih mengenakan rok. Aroma khas mekinya makin membuatku bernafsu untuk menyapu dan menjilati semua permukaannya. Dina makin menggelinjang tak beraturan waktu kutusukkan lidahku di lubang mekinya yg kuvariasi dengan sentuhan dan hisapan halus di klitorisnya.
“Jangan berhenti.., ayo lebih cepet lagi.., aah.., agh.. agghh..!” teriak Dina sambil menjambak rambutku kencang dan menekannya ke arah mekinya yg makin membanjir dengan cairan segar.
Dikatupkannya pahanya kemudian dan membiarkan wajahku sesaat di selangkangannya untuk merasakan denyutan-denyutan orgasmenya.
“Van.., giliran kamu nih..!” kata Dina ke sahabatnya yg dari tadi duduk di sofa memperhatikan permainan kami.
Sari yg berwajah melankolis itu lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Dengan tangan masih terikat ke belakang, aku duduk di samping Sari yg tiba-tiba bergerak memutar menghadap ke arahku dengan posisi berlutut, sehingga posisi pahaku berada di antara kedua pahanya.
Posisi menantangnya ini membuat jantungku berdebar, apalagi waktu Sari membuka pelan-pelan blazer dan baju dalamnya dengan gerakan erotis di hadapanku. Terakhir dibukanya BH mininya dan dilemparnya ke karpet, lalu ditegakkannya badannya, sehingga buah dadanya yg bulat padat itu makin menjulang sempurna persis di depan wajahku.
Belum habis aku menatap keranuman buah dadanya, aku dikejutkan dengan dorongan buah dadanya ke depan, sehingga wajahku terbenam di belahan dadanya. Harum badannya yg bercampur keringat menambah nafsuku untuk menghirup seluruh jengkal kulitnya yg mulus, walaupun terkadang sulit bernafas karena dekapannya yg kuat. Waktu wajahku kumiringkan mencari putingnya, Sari malah memiringkan badannya dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, sehingga wajahku berada tepat di ketiak kanannya.
“Ayo ciumin ini dulu,” kata Sari.
Rupanya di situ juga salah satu area sensitifnya, dan aku dengan senang hati melaksanakan perintahnya. Memang aroma khas di ketiaknya yg alami itu membuatku semakin buas mencium dan menjilatinya. Sari pun mendesah dan menggelinjang kenikmatan. Setelah ketiak kirinya kulumat juga, Sari meluruskan kedua tangannya ke depan dan menumpukan ujung tangannya pada bagian atas sandaran sofa. Wajahku kini tak berjarak lagi dengan buah dadanya. Digesek-gesekkannya putingnya yg merah muda mengeras itu ke wajahku.
“Tunggu apa lagi..? Jilat putingku..!” perintah Sari sambil menyelipkan putingnya di bibirku.
Tak kusia-siakan perintahnya ini yg bukan saja kujilat-jilat dengan buas, tapi juga kugigit-gigit kecil dan kuhisap serta kukemot-kemot dengan penuh nafsu. Sari makin menggeliat hebat merasakan jilatan lidahku di seluruh permukaan buah dadanya yg semakin licin oleh keringatnya itu.
Setelah cukup lama bibirku dipaksa menikmati kemontokan buah dada Sari, terdengar suara Dina menyuruhku untuk turun dari sofa dan berbaring di karpet dengan posisi kepalaku berada di depan sofa. Sebelum aku turun, Sari sempat melepas ikatanku dan juga melepas rok mini dan celana dalamnya. Juga kulihat sesaat Dina sudah tdk mengenakan apa-apa lagi di tubuhnya. K0ntolku makin menjulang tinggi melihat tubuh-tubuh bugil mereka yg sempurna itu.
Walaupun tanganku telah bebas, namun kedua tanganku tetap telentang tak berdaya karena telapak tanganku ditekan oleh kedua kaki Sari sambil duduk di sofa. Ketdk berdayaanku ini dimanfaatkan oleh Dina yg maju dan merundukkan badannya, sehingga membuat buah dadanya menggelantung tepat di atas wajahku. Dina kemudian membuatku gelagapan dengan menekan buah dadanya yg bulat padat itu ke wajahku. Seperti ke Sari, aku terus disuruhnya melumat, menjilat dan menghisap putingnya bergantian sambil sesekali menindihkan buah dadanya di wajahku.
Setelah kedua bukitnya basah kuyup oleh cairan lidahku yg bercampur dengan keringatnya, Dina membuat kejutan lagi dengan mundur hingga kepalanya tepat berada di atas k0ntolku yg berdiri tegak bak tugu itu. Sesaat kemudian amblaslah k0ntolku ke dalam mulut sensual Dina.
“Aaahh..,” rintihku merasakan lembutnya bibir dan rongga mulut Dina.
Namun rintihanku hanya sekejap, karena tanpa diduga telapak kaki Sari sudah pindah dari tanganku ke wajahku, sehingga ujung jari-jari kakinya seperti membungkam mulutku. Perlakuannya ini malah membuat darahku semakin berdesir merasakan sensasi yg hebat, apalagi Sari memintaku untuk menciumi kakinya yg bersih mulus dan berkulit lembut itu sambil menggosok-gosokkannya di wajahku.
Nafsuku kian menjadi merasakan aroma khas kakinya. Kuhirup dan kuciumi telapak kaki dan ujung jari kakinya dari bawah yg membuatnya kenikmatan.
“Buka mulutmu dan isep jari-jariku..!” perintah Sari sambil memasukkan jari-jari kakinya yg mungil itu dengan menjulurkannya ke mulutku.
Mulailah kuhisap satu persatu jari-jari kakinya sambil memainkan lidahku di sela-selanya. Kaki Sari mulai meronta kegelian, namun tetap kutahan dengan tanganku untuk tetap bertahan di mulut dan wajahku.
Konsentrasiku ke kaki Sari memang terkadang buyar karena perlakuan Dina yg semakin liar melumat k0ntolku, apalagi waktu kurasakan gelitikan lidah dan hisapan mulutnya di kepala k0ntolku. Kadang-kadang aku imbangi juga naik turun kepalanya dengan goyangan-goyangan pinggulku. Beberapa saat kemudian, mereka seperti kompak berganti posisi yg semakin menggila. Dina jongkok di atas k0ntolku, dan Sari turun dari sofa langsung berlutut mengangkangkan pahanya tepat di atas wajahku. K0ntolku yg tegak kemudian terbenam di lubang meki Dina, dan meki Sari dibenamkannya di mulutku.
Goyangan dan naik turunnya pinggul-pinggul mereka membuat sensasi yg luar biasa buatku. Desahan dan rintihan kenikmatan mereka yg bersamaan makin membuatku bertambah ganas. Pinggulku ikut menyodok-nyodok ke atas mengimbangi putaran-putaran pinggul Dina. Sementara di atas, kusapukan lidahku memanjang dari meki dan belahan pantatnya. Kadang ujung lidahku kuputar-putar di anusnya, kadang di seputar klitorisnya. Tubuh Sari menggeliat-geliat dibuatnya, apalagi kuikuti dengan naiknya tanganku ke atas meremas-remas buah dadanya.
Gerakan tubuh mereka semakin binal dan semakin menjadi di atas tubuhku bak pemain rodeo. Tubuh Dina naik turun dengan cepat yg diikuti oleh Sari begitu merasakan lidahku kutegangkan memasuki lubang mekinya, sampai akhirnya terdengar teriakan mereka,
“Aaah.. aah.. aaghh..,” bersamaan dengan menegangnya tubuh-tubuh mereka.
Cairan pun ada dimana-mana, di k0ntolku maupun di wajahku hasil kerja keras mereka.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " "

Posting Komentar